Laman

Powered By Blogger

Kamis, 28 Maret 2013

Dahulu, di sebuah desa kecil yang terpencil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama “Rumah Seribu Cermin.” Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi “Rumah Seribu Cermin”. Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya.

Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinga terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak-gerak secepat mungkin. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat.

Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat. Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya sendiri, “Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat aku akan kembali mengunjunginya sesering mungkin.”

Sesaat setelah anjing itu pergi, datanglah anjing kecil yang lain. Namun, anjing yang satu ini tidak seceria anjing yang sebelumnya. Ia juga memasuki rumah itu. Dengan perlahan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang muram dan tidak bersahabat.

Segera saja ia menyalak keras-keras, dan dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri, “Tempat ini sungguh menakutkan, aku takkan pernah mau kembali ke sini lagi.”
Kesimpulan :

Semua wajah yang ada di dunia ini adalah cermin wajah kita sendiri. Wajah bagaimanakah yang tampak pada orang-orang yang anda jumpai
 
 
Narasumber Dari : Kevin Wu
Dahulu kala ada seorang petani miskin yang mesti berjuang keras untuk memajukan kehidupannya. Namun meskipun ia terus bekerja dan berhati-hati dalam melakukan pengeluaran, ia tetap saja tak mampu menyisihkan penghasilannya untuk ditabung, selalu saja pas-pasan.

Suatu malam, dalam tidurnya ia bermimpi ada suara yang berkata: "Jika ada sesuatu di dunia ini yang begitu sulit untuk kamu dapatkan, maka suatu waktu hal itu akan muncul begitu saja di hadapanmu." Dan petani inipun terbangun dari tidurnya. Dia kemudian berharap bahwa ketika ia bangun di suatu pagi, ia akan menemukan harta yang berlimpah di rumahnya sendiri. Dengan begini, tidak diragukan lagi bahwa kekayaan itu memang dimaksudkan untuknya.

Beberapa hari berlalu, ketika ia sedang dalam perjalanan, bajunya tersangkut pada semak-semak berduri yang tumbuh di sekitar ladang, Tak ingin kejadian yang sama terulang, dia pun bermaksud membabat habis semak belukar itu. Namun ketika ia mencabut akar dari semak itu, di bawahnya ia menemukan sebuah kendi. Dibukanya tutup kendi itu, dan alangkah kagetnya si petani ketika mengetahui bahwa di dalam berisi begitu banyak kepingan emas. Pada mulanya hati petani miskin ini berteriak girang, namun setelah beberapa menit berpikir, ia kemudian berkata: "Oh aku memang ingin sekali menjadi kaya. Tapi aku telah meminta agar harta itu muncul di gubuk kecilku, akan tetapi aku justru menemukannya di ladang ini. Oleh karenanya aku takkan mengambil kendi ini berisi emas. Kendi ini tidak ditakdirkan untukku."

Lalu petani itu pun meninggalkan kendi di tempat ia menemukannya dan kembali berjalan pulang. Sesampainya di rumah ia pun menceritakan penemuannya kepada istrinya. Istrinya pun marah besar atas kebodohan sang suami meninggalkan harta itu di ladang. Dan ketika si petani tidur, istrinya pun pergi ke rumah tetangga dan mengatakan segalanya. "suami saya yang begitu bodohnya justru meninggalkan harta itu di ladang dan bukan membawanya pulang. Pergi dan ambillah harta itu untukmu dan bagilah denganku."

Tetangga itu pun sangat senang dengan saran ini, dan tak menunggu lama ia pun menuju ke tempat yang dimaksud oleh istri petani. Disibaknya semak-semak belukar, dan ia memang menemukan kendi itu masih berada disana. Diangkatnya dan ditengoknya ke dalam kendi itu. Namun alangkah panik dan marahnya ia ketika melihat bahwa kendi itu ternyata tidak berisikan kepingan emas seperti yang diceritakan oleh istri petani melainkan penuh dengan ular berbisa.

"Perempuan licik. Dia pasti hendak menjebakku. Dia berharap aku memasukkan tanganku ke dalam hingga aku digigit dan mati keracunan oleh bisa ular." pikirnya marah.

Jadi iapun kembali menutup kendi itu dan membawanya pulang. Dan pada saat tengah malam tiba, dengan diam-diam dia mendatangi rumah petani miskin tetangganya. Dia melihat sebuah jendela yang terbuka. Dengan sigap dipanjatinya. Dikeluarkannya ular-ular berbisa itu dari dalam kendi, dan iapun kembali pulang.

Ketika fajar tiba, petani miskin yang pertama kali menemukan kendi tersebut, bangun untuk memulai hari. Ketika ia berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air, dilihatnya setumpuk koin emas berhamburan di bawah jendela rumahnya. Dalam hati ia mengucap rasa syukur sembari berkata: "Akhirnya aku bisa menerima kekayaan ini, mengetahui bahwa mereka pasti ditujukan untukku, karena mereka muncul di rumahku sendiri, seperti yang aku harapkan!"


Tapi pelajaran tentang bagaimana kita ini manusia haruslah pandai-pandai dalam melihat dan mencermati sebuah kesempatan yang ada. Namun telaahlah saat kita mengambil kesempatan itu sendiri, jangan sampai apa yang kita ambil itu merupakan hak milik orang lain. Seperti misalnya si petani miskin yang menolak mengambil kendi berisi emas saat ia menemukannya di ladang. Dia dapat melihat itu memang merupakan sebuah kesempatan, tapi dia merasa kesempatan itu memang belum diperuntukkan untuknya. Dia menemukan emas itu di ladangnya, bisa saja emas itu milik orang lain.

Memang ada sebuah pepatah 'siapa cepat dia yang dapat', tapi apakah anda bisa hidup bahagia dengan bersenang-senang di atas derita orang lain?

Namun pada saat kesempatan itu telah datang, dan anda yakin kesempatan itu memang diperuntukkan untuk anda, maka jangan tunggu lagi. Segera raihlah kesempatan itu.

Oleh karenanya, selalu bukalah mata anda. Tengoklah sekeliling anda, kesempatan itu mungkin kini ada di depan anda hanya saja anda kurang melihatnya. :)
 
Narasumber Dari : KEVIN WU

Kamis, 07 Maret 2013

Anak Kecil ini bekerja Untuk orang tua Dan Adik-adiknya

Masih Adakah Anak Miskin Seperti Ini?

Disuatu desa terpencil dipinggiran kota , tinggalah seorang anak laki-laki bersama 6 saudaranya, kehidupan keluarga ini terlihat sangatlah sederhana, orang tuanya hanya seorang buruh tani, kakak dan adiknya semua masih bersekolah sementara ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang hanya mengurusi keluarga. Untuk membantu keuangan keluarganya setiap hari selepas pulang sekolah , ia pergi kepasar untuk berjualan asongan.

Pada suatu hari saat anak ini sedang menjajakan dagangannya, tiba-tiba ia melihat sebuah bungkusan kertas koran yang cukup besar , terjatuh dipinggir jalan, lalu diambilnya bungkusan tersebut, kemudian dibukanya bungkusan itu, namun betapa kaget dan terkejutnya ia, ternyata isi bungkusan tersebut berisi uang dalam nominal besar.

Tampak diraut wajahnya rasa iba dan bukan kegembiraan, ia tampak kebinggungan, karena ia yakin uang ini pasti ada yang memilikinya , pada saat itu juga anak ini langsung berinisiatif untuk mencari sipemilik bungkusan tersebut, sambil mencari-cari sipemiliknya, tiba-tiba seorang ibu dengan ditemani seorang satpam datang dengan berlinang air mata menghampiri anak kecil itu , lalu ibu ini berkata “dek, bungkusan itu milik ibu, isi bungkusan itu adalah uang”.

Uang untuk biaya rumah sakit,karena anak ibu baru saja mengalami kecelakan korban tabrak lari, saat ini anak ibu dalam keadaan kritis dan harus cepat dioperasi karena terjadi pendarahan otak, kalau tidak cepat ditangani ibu khawatir jiwa anak ibu tidak akan tertolong.

Pagi ini ibu baru saja menjual semua harta yang ibu miliki untuk biaya rumah sakit, Ibu sangat membutuhkan uang ini untuk menyelamatkan jiwa anak ibu.

Lalu anak kecil tersebut berkata,” benar bu, aku sedang mencari pemilik bungkusan ini, karena aku yakin pemilik bungkusan ini sangat membutuhkan. “Ini bu !, milik ibu”. setelah itu anak kecil tersebut langsung berlari pulang , sesampai dirumah ia ceritakan semua kejadian yang baru saja dialami kepada Ibu nya.

Lalu ibunya berkata , “ Benar anak ku ! “, kamu tidak boleh mengambil barang milik orang lain, walau pun itu dijalanan , karena barang itu bukan milik kita. Ibu sangat bangga pada mu nak, walau pun kita miskin , namun kamu KAYA dengan KEBAIKAN dan KEJUJURAN.

Untuk apa kita memiliki kekayaan yang melimpah, sementara kita harus mengorbankan nyawa orang lain . “Kamu sungguh anak yang baik nak” , ibu sangat bersyukur mempunyai anak seperti mu.

Hari ini ibu percaya, kamu sudah menyelamatkan satu jiwa melalui kebaikan dan kejujuran mu, kamu harus jaga terus kejujuranmu , karena kejujuran dapat menyelamatkan banyak orang dan kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana . “Apa yang bukan milik kita, pantang untuk kita ambil”.

“Matamu adalah pelita tubuhmu, Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi gelap. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya.”

LIKE dan Share / Bagikan kisah inspirasi ini agar dapat menjadi pelajaran berharga dan mengingatkan kita tentang pentingnya kejujuran.

Supported BY www.YoungAndSuccess.com